Penulis: Yopie Pangkey

  • Sistem Tanam Jajar Legowo Cara Efektif Tingkatkan Hasil Panen Padi

    Sistem tanam legowo hadir sebagai solusi modern dalam meningkatkan produktivitas padi. Pola tanam yang memadukan efisiensi lahan dengan optimalisasi sinar matahari ini menawarkan hasil panen lebih tinggi dan kemudahan dalam perawatan, menjadikannya pilihan unggul bagi petani Indonesia.

    (Progres.co.id): Sistem tanam jajar legowo, yang dikenal sebagai inovasi bercocok tanam padi untuk meningkatkan hasil panen, telah semakin luas diterapkan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Lampung. Pola tanam yang mengedepankan efisiensi lahan dan optimalisasi sinar matahari ini kini menjadi pilihan favorit petani, baik yang sudah lama menerapkannya maupun yang baru mencoba.

    Pola tanam ini mengatur barisan tanaman padi dengan menyelingi dua atau lebih baris tanaman dengan satu baris kosong.

    Istilah legowo berasal dari bahasa Jawa, di mana “lego” berarti luas dan “dowo” berarti memanjang. Kombinasi ini mencerminkan desain pola tanam yang memberikan ruang optimal bagi tanaman untuk tumbuh.

    Dalam pekembangannya, banyak petani yang akhirnya menyingkat istilah Jajar Legowo ini menjadi ‘Jarwo’. Bahkan saat ini sudah banyak penyedia mesin tanam padi Jarwo Transplanter, yang mempercepat proses tanam dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam.

    Mengenal Sistem Tanam Legowo

    Sistem legowo mengatur barisan tanaman padi ke dalam unit-unit tertentu. Misalnya, jika satu unit terdiri dari dua baris tanaman dan satu baris kosong, maka pola ini disebut legowo 2:1. Begitu pula jika satu unit terdiri dari empat baris tanaman dan satu baris kosong, disebut legowo 4:1.

    Keberadaan baris kosong ini memberikan banyak manfaat, seperti meningkatkan sirkulasi udara dan memaksimalkan penyerapan sinar matahari oleh tanaman. Selain itu, baris kosong dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan parit dangkal yang berfungsi menekan keracunan besi, mengumpulkan keong mas, atau bahkan untuk budidaya ikan kecil.

    Keunggulan Sistem Tanam Jajar Legowo

    Gambar Cara Tanam Sistem Tanam Jajar Legowo 4-1
    Proses tanam sistem Jajar Legowo 4:1. (Sumber foto: pertanian.go.id)

    Sistem tanam legowo awalnya diterapkan untuk mengatasi tantangan seperti serangan hama, penyakit, atau keracunan besi. Namun, seiring waktu, sistem ini berkembang untuk meningkatkan hasil panen melalui penambahan populasi tanaman. Berikut adalah beberapa keunggulan sistem ini:

    Maksimalisasi Penyerapan Sinar Matahari

    Barisan kosong memungkinkan tanaman pinggir mendapatkan lebih banyak cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis lebih optimal. Hal ini berujung pada peningkatan bobot gabah.

    Pengendalian Hama dan Penyakit

    Sistem ini menciptakan lingkungan yang kurang disukai hama, seperti tikus, karena area yang lebih terbuka. Selain itu, kelembaban yang berkurang membantu menekan serangan penyakit.

    Kemudahan Pemeliharaan

    Barisan kosong mempermudah petani dalam pemupukan, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.

    Peningkatan Populasi Tanaman

    Pada legowo 2:1, populasi tanaman meningkat sekitar 30%, sedangkan legowo 4:1 dapat meningkatkan populasi hingga 60% dibandingkan pola tanam konvensional.

    Potensi Integrasi Sistem Mina Padi

    Barisan kosong dapat digunakan untuk mengembangkan sistem mina padi, yaitu kombinasi budidaya padi dengan ikan, atau bahkan integrasi dengan bebek (parlebek).

    Penerapan Pola Tanam Legowo

    Terdapat atu tipe pola legowo 2:1 dan dua tipe pola legowo 4:1 yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi kesuburan lahan.

    Sistem tanam legowo 2:1

    Sistem legowo 2:1, dapat menghasilkan populasi 213.300 rumpun per hektare dengan peningkatan populasi sekitar 33,31% dibandingkan pola tegel (25×25 cm). Pola ini ideal untuk diterapkan di berbagai kondisi lahan.

    Lorong selebar 40 cm setiap dua barisan. Jarak antarbarisan 20 cm, jarak dalam barisan 10 cm.

    Sistem tanam legowo 4:1

    Tipe 1: Seluruh baris tanaman diberi tanaman sisipan, menghasilkan populasi hingga 256.000 rumpun per hektare. Pola ini cocok untuk lahan kurang subur karena mampu meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan ruang yang ada.

    Tipe 2: Tanaman sisipan hanya diberikan pada barisan pinggir, menghasilkan populasi sekitar 170.667 rumpun per hektare. Pola ini cocok untuk lahan subur guna menghindari risiko kerebahan tanaman akibat kelebihan serapan hara.

    Lorong selebar 40 cm setiap empat barisan. Jarak antarbarisan 20 cm, jarak dalam barisan 10 cm.

    Jajar Legowo 6:1 dan 8:1

    Gambar Sistem Tanam Jajar Legowo 8-1
    Gambar Sistem Tanam Jajar Legowo 8:1.

    Selain itu ada juga dengan system 6:1 dan 8:1

    Cara tanam adalah; setiap enam atau delapan baris, luangkan lorong selebar 40 cm. Jarak antarbarisan 20 cm, jarak dalam barisan 10 cm.

    Dampak Positif pada Produktivitas

    Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo meningkatkan produktivitas padi hingga 10-15% dibandingkan pola tanam lainnya. Peningkatan ini disebabkan oleh:

    • Peningkatan Aktivitas Fotosintesis: Ruang terbuka di antara barisan tanaman meningkatkan jumlah cahaya matahari yang masuk, sehingga produktivitas tanaman meningkat.
    • Kemudahan Pengelolaan: Pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama menjadi lebih efektif dengan adanya barisan kosong.
    • Peningkatan Populasi Tanaman: Sistem ini memungkinkan populasi tanaman lebih banyak tanpa mengorbankan kesehatan tanaman.
    • Diversifikasi Usaha Tani: Barisan kosong membuka peluang bagi petani untuk mengintegrasikan budidaya ikan atau hewan lain, sehingga menambah sumber pendapatan.

    Sistem tanam legowo menawarkan solusi efektif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas padi. Dengan memaksimalkan penyerapan sinar matahari, mengurangi risiko hama dan penyakit, serta meningkatkan populasi tanaman, sistem ini menjadi pilihan cerdas dalam budidaya padi. Dengan perencanaan dan penerapan yang tepat, petani dapat merasakan manfaat ekonomi yang signifikan dari sistem tanam ini.


  • Tren Wisata Alam di Lampung Meningkat Jurusan D3 Perjalanan Wisata Polinela Siapkan SDM Berkualitas - Enggar Dwi Cahyo.webp

    Tren wisata alam petualangan di Lampung diprediksi meningkat pada 2025. Politeknik Negeri Lampung (Polinela) mendukung perkembangan ini dengan menyiapkan SDM pariwisata berkualitas melalui program studi perjalanan wisata, laboratorium pariwisata, dan kerja sama strategis untuk mendukung sektor pariwisata daerah.

    Bandarlampung (Progres.co.id): Tren wisata alam petualangan di Provinsi Lampung diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2025. Potensi wisata seperti pendakian gunung, trekking hutan, canyoning, river tubing, ekowisata agroforestri, semakin diminati wisatawan lokal maupun mancanegara.

    Menyikapi perkembangan ini, Program Studi Perjalanan Wisata (PW) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) mendukung penuh pengembangan sektor ini dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan terlatih.

    Kepala Laboratorium Program Studi Perjalanan Wisata Polinela periode 2025-2029 yang baru saja diangkat, Enggar Dwi Cahyo, menjelaskan bahwa Polinela telah mengambil langkah konkret dalam mencetak SDM unggul di bidang pariwisata.

    “Program studi D3 Perjalanan Wisata di Polinela berdiri sejak tahun 2019. Dan kami memiliki Laboratorium Prodi Perjalanan Wisata yang menyiapkan SDM untu keperluan wisata alam tersebut,” ujar Enggar saat dihubungi Progres.co.id, Sabtu (11/1/2025)

    Menurut Enggar, laboratorium Prodi PW Polinela tidak hanya digunakan untuk pembelajaran teori, tetapi juga untuk mengasah keterampilan praktis mahasiswa.

    “Laboratorium kami memfasilitasi mahasiswa agar memiliki keterampilan khusus di bidang perjalanan wisata. Kami juga memiliki peralatan untuk kegiatan praktik lapangan guiding, seperti trekking pole hingga helm keselamatan,” Enggar menerangkan.

    “Dengan kelengkapan tersebut, mahasiswa kami bisa langsung merasakan pengalaman nyata di lapangan,” tambahnya.

    Polinela mempersiapkan lulusannya dengan berbagai keterampilan, seperti kepemanduan wisata, pengelolaan acara (event management), tour leading, serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lapangan (K3L).

    “Dengan keterampilan ini, mahasiswa kami mampu menangani situasi di lapangan, baik itu di gunung, laut, atau bahkan di dalam bus, sesuai perannya sebagai tour leader, pemandu, atau seagai staf biro perjalanan,” jelasnya.

    Polinela juga menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan SDM pariwisata dan jaringan kerja mahasiswa.

    “Kami telah bekerja sama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Association of Hospitality Leaders Indonesia, Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, serta beberapa biro perjalanan di Lampung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya,” ungkap Enggar.

    Ia menambahkan bahwa pengembangan SDM di Polinela memiliki fokus yang berbeda dibandingkan institusi lain.

    “Jika Universitas Lampung (Unila) lebih kuat di aspek budaya, Institut Teknologi Sumatera (Itera) unggul di perencanaan pariwisata, dan Universitas Darmajaya di pengembangan bisnis pariwisata. Maka Polinela fokus pada keterampilan praktis yang langsung bisa diterapkan di lapangan,” tuturnya.

    “Dengan dukungan SDM berkualitas, sektor pariwisata Lampung diharapkan semakin berkembang, terutama dalam menjawab tantangan wisata alam petualangan yang kian diminati wisatawan,” tutup Enggar.


  • Aksi Peduli Lingkungan Penanaman Pohon di Bantaran Sungai DAS Way Seputih KPH Way Waya.webp

    Puluhan warga dan komunitas peduli lingkungan berkumpul di bantaran Sungai Way Seputih untuk menanam 150 bibit pohon pala. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen menjaga kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Seputih, sekaligus menginspirasi aksi serupa demi lingkungan yang lebih baik.

    Lampung Tengah (Progres.co.id): Pagi itu, Selasa (7/1/2025), di bantaran Sungai Way Seputih terasa berbeda dari biasanya. Puluhan orang, mulai dari anak-anak muda hingga orang tua, terlihat melintasi jembatan gantung yang menghubungkan Kampung Margajaya dengan Kampung Pekandangan. Mereka berkumpul untuk satu tujuan mulia, menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Seputih.

    Sekitar pukul 09.00 WIB, sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang sudah berkumpul. Mereka terdiri atas UPTD KPH Way Waya Dinas Kehutanan Provinsi Lampung (termasuk polisi kehutanan, penyuluh, dan staf), Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM), Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Bersama XXII, Tim 10 Komunitas Peduli Sungai Way Seputih, serta mahasiswa KKN Universitas Lampung.

    Ketua KTH Karya Bersama XXII, Ujang Apip, menerangkan bahwa kegiatan penanaman pohon ini dilaksanakan dalam semangat memperingati Bulan Menanam Nasional yang jatuh pada Desember 2024 lalu.

    Kegiatan penanaman pohon ini dilaksanakan di bantaran Sungai Way Seputih, tepatnya di Kampung Pekandangan, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah.

    “Jumlah bibit yang ditanam memang tidak banyak, hanya sekitar 150 batang dengan jenis bibit pohon Pala,” kata Ujang kepada Progres.co.id, Kamis (9/1/2025).

    Bibit pohon pala ini berasal dari Kebun Bibit Rakyat yang persemaiannya dikerjakan oleh KTH Karya Bersama XXII, yang jumlahnya sebanyak 30.000 batang.

    “Keseluruhan bibit selanjutnya akan dibagikan kepada masyarakat untuk ditanam di wilayah Kampung Pekandangan,” terang Ujang.

    Komitmen Bersama untuk DAS Way Seputih

    “Keringat yang kami sumbangkan memang hanya setetes, tetapi kami berharap setetes keringat kami ini dapat memicu percikan semangat anak-anak muda untuk terus menyelamatkan DAS Way Seputih,” Ujang menegaskan.

    Tidak hanya itu, Tim 10 Komunitas Peduli Sungai Way Seputih juga terus menggencarkan berbagai kegiatan untuk melindungi DAS Seputih.

    Ketua Tim 10 Komunitas Peduli Sungai Way Seputih, M. Nasihin, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan penanaman pohon, kampanye untuk tidak menangkap ikan menggunakan racun dan setrum listrik, kampanye untuk tidak membuang sampah di sungai, imbauan menghentikan aktivitas pengambilan pasir yang merusak lingkungan.

    “Kami juga turut mengedukasi masyarakat, anak-anak sekolah dan pramuka tentang pentingnya lingkungan hidup, memfasilitasi pembuatan pupuk kompos dan pembuatan bibit pohon, serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk melindungi DAS Way Seputih.” tutup Nasihin.

    Harapan untuk Generasi Mendatang

    Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan semakin banyak masyarakat, terutama generasi muda, terinspirasi untuk peduli pada lingkungan. Semangat melindungi alam tak hanya melestarikan sumber daya, tetapi juga menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.

    Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, menyampaikan apresiasinya.

    “Walaupun tidak besar, aksi ini keren, karena membudayakan hasrat untuk menanam dapat dimulai dari siapa saja. Jangan hanya menunggu tersedianya anggaran pemerintah, tetapi dapat dimulai dari kesadaran pribadi,” ujar Yanyan.

    “Kesadaran ini bisa menjadi agregat dalam kelompok-kelompok kecil dengan aktivitas sederhana yang pada akhirnya akan menggulung menjadi gunungan aksi besar dengan manfaat nyata yang dirasakan banyak pihak,” tutup Yanyan penuh keyakinan.


  • Kadis BMBK Lampung Taufiqullah Infrastruktur Jalan Kunci Ketahanan Pangan, Wujudkan Indonesia Emas 2045 - Yopie Pangkey.webp

    Pembangunan infrastruktur jalan turut mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan memprioritaskan perbaikan jalan di wilayah padat penduduk, Dinas BMBK Provinsi Lampung berupaya memastikan distribusi pangan lancar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.

    Bandarlampung (Progres.co.id): Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung, Taufiqullah, menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur jalan sebagai upaya mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi lokal. Hal ini ia sampaikan dalam menanggapi arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

    Menurut Taufiqullah, ketahanan pangan dimulai dari akses yang memadai ke sumber bahan pangan.

    “Jika kita ingin menciptakan generasi dengan gizi yang lebih baik dan menghilangkan stunting, langkah awalnya adalah memastikan kebutuhan pangan dapat terpenuhi dengan baik. Itu dimulai dari infrastruktur jalan yang mendukung distribusi pangan dari desa ke kota,” kata Taufiqullah kepada Progres.co.id di Bandarlampung, Kamis (9/1/2025)

    Presiden Prabowo sebelumnya menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat harus diwujudkan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ia menekankan pentingnya gizi yang lebih baik bagi generasi mendatang agar tidak ada lagi kasus stunting di Indonesia.

    “Makanannya harus berkualitas, gizinya harus lebih baik dari generasi sebelumnya. Untuk itu, daerah-daerah dengan populasi ekonomi lemah perlu mendapat prioritas pembangunan,” kata Taufiqullah.

    Jalan Rusak Berat di Wilayah Padat Penduduk Jadi Prioritas

    Mendukung Asta Cita yang diusung Presiden Prabowo, Taufiqullah menjelaskan bahwa pihaknya akan menyusun strategi pembangunan infrastruktur jalan berdasarkan data statistik per kecamatan.

    “Kita akan memprioritaskan perbaikan jalan yang rusak di daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Dengan jalan yang layak, distribusi bahan pangan bisa berjalan lancar. Ini juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” jelasnya.

    Pembangunan infrastruktur ini, lanjut Taufiqullah, akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Selain memperbaiki distribusi pangan, infrastruktur yang baik juga akan membuka akses bagi sektor pertanian dan ekonomi lainnya.

    “Ketahanan pangan erat kaitannya dengan sumber pangan. Infrastruktur jalan yang baik memungkinkan petani dan pelaku usaha lokal untuk lebih mudah mengirimkan produk mereka ke pasar,” tambahnya.

    Pengelolaan Dana dan Perencanaan Prioritas

    Menanggapi tantangan pengelolaan dana pembangunan jalan, Taufiqullah menyatakan bahwa Dinas BMBK akan melakukan alokasi anggaran secara efektif.

    “Kami akan menyusun prioritas ruas jalan mana saja yang perlu diperbaiki terlebih dahulu. Semua jalan itu penting, tetapi mana yang paling mendesak, itu yang akan kita dahulukan,” katanya.

    BMBK juga akan memastikan bahwa pembangunan ini tetap mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

    “Kami pro pada pertumbuhan ekonomi, tetapi yang lebih utama adalah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Dengan jalan yang baik, perekonomian akan tumbuh secara berkesinambungan,” tutupnya.


  • Solar Dryer Dome Tingkatkan Nilai Ekonomi hasil hutan bukan kayu HHBK Gapoktanhut Pujomakmur Desa Banjaran Pesawaran - Yopie Pangkey

    Petani hutan Desa Banjaran, Padang Cermin, kini memanfaatkan solar dryer dome untuk mempercepat proses pengeringan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti kemiri, kapulaga, dan pala, yang sebelumnya bergantung pada sinar matahari. Teknologi ini meningkatkan kualitas produk sekaligus mendongkrak nilai jual hingga lima kali lipat.

    Pesawaran (Progres.co.id): Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, beberapa petani hutan di Desa Banjaran, Kecamatan Padang Cermin, Lampung, tampak sibuk merapikan kemiri, pala, kapulaga, dan cengkih di atas anyaman bambu untuk dijemur. Bau khas hasil hutan bukan kayu (HHBK) memenuhi udara, menciptakan suasana khas perkampungan yang hidup dari kekayaan alamnya.

    Namun, di sudut lain desa, suasana berbeda terlihat di fasilitas solar dryer dome milik Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Wonoharjo, lini usaha Gapoktanhut Pujo Makmur. Sebuah kubah transparan dengan ukuran sekitar 6 x 8 meter berdiri megah, lengkap dengan pintu dan empat kipas angin exhaust yang menjaga kelembapan di dalamnya.

    Foto Gambar Solar Dryer Dome KUPS Wonoharjo Gapoktanhut Pujo Makmur Desa Banjaran Pesawaran - Yopie Pangkey
    Solar Dryer Dome berukuran 6 x 8 meter di Gapoktanhut Pujo Makmur, Desa Banjaran, Pesawaran. (Foto: Yopie Pangkey/Progres.co.id)

    Ketua KUPS Wonoharjo, Ronggo, menuturkan bahwa sebelum ada dome petani membutuhkan waktu berhari-hari untuk proses pengeringan HHBK.

    “Dulu hanya mengandalkan sinar matahari, proses pengeringan kemiri bisa memakan waktu hingga seminggu, tergantung cuaca. Sekarang, dengan solar dryer dome, hanya butuh dua hingga tiga hari,” ujar Ronggo kepada Progres.co.id di lokasi dome, Rabu (8/1/2025) siang.

    Ronggo menambahkan, selain lebih cepat, teknologi ini juga mampu meningkatkan kualitas produk. Hasil panen yang dikeringkan lebih premium dan memiliki nilai jual lebih tinggi.

    “Harga kemiri cangkang biasanya hanya Rp12 ribu per kilogram, tetapi setelah dikupas dan dikeringkan, bisa mencapai Rp42 ribu. Begitu juga dengan kapulaga basah yang dihargai Rp12 ribu per kilogram, kalau sudah kering bisa Rp85 ribu,” katanya bangga.

    Selain itu, Ronggo menyoroti manfaat lain dari dome tersebut yang membantu meringankan beban petani.

    “Selain menghemat waktu, dome ini juga menghemat tenaga. Kalau mendung atau malam hari, kami selalu memindahkan hasil panen. Tapi sekarang cukup disimpan di dalam dome ini saja,” jelasnya.

    Ronggo juga menjelaskan mekanisme penggunaan dome tersebut. Sesuai kesepakatan, siapapun yang menggunakan dryer dome ini harus membayarkan biaya yang termasuk masih sangat terjangkau.

    “Pada satu tahun awal, kami tidak mengenakan biaya jika ada petani hutan yang ingin menggunakan dome ini. Sekarang, kami menerapkan biaya Rp5 ribu per kilogram produk basah. Harga ini cukup terjangkau,” terangnya.

    Sebelum produk dimasukkan ke dalam dome, hasil panen ditimbang terlebih dahulu untuk memastikan akurasi biaya dan kapasitas.

    “Uang yang diterima itu kita gunakan untuk kebutuhan pemeliharaan. Ini sudah hasil musyawarah mufakat semua anggota Hkm,” tambahnya.

    Selain efisien, Solar dryer ini juga ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama, petani di Desa Banjaran kini mampu bersaing di pasar yang lebih luas, berkat produk berkualitas tinggi yang dihasilkan.

    Bantuan yang Berdampak Besar

    Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, mengaku senang dengan bantuan yang telah diberikan kepada kelompok tani hutan ini. Keberadaan solar dryer dome adalah bukti nyata bahwa program bantuan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    “Pada umumnya petani melakukan pengeringan mengandalkan sinar matahari. Meskipun murah, produk yang dikeringkan seringkali mengalami kerusakan karena hujan dan jamur,” ujar Yanyan.

    “Kita diberi anugerah berlimpahnya sinar matahari sepanjang tahun. Penggunaan solar dryer dome menjadi solusi untuk kelancaran proses pengeringan,” imbuhnya.

    Teknologi ini,menurut Yanyan, dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Sangat membantu proses pasca panen dengan memangkas waktu penjemuran, memberi rasa aman, meningkatkan kualitas produk menjadi premium, dan pada akhirnya menaikkan pendapatan petani.

    “Petani hutan bisa membuktikan bahwa hasil hutan buan kayu bisa memberikan manfaat besar jika dikelola dengan baik. Dan pada akhirnya mereka ingin menjaga hutannya tetap lestari,” tutup Yanyan.


  • Gapoktanhut Alam Pala Lestari Desa Penyandingan Marga Punduh Pesawaran Bangun Kandang Kambing Terkoneksi Harmonis dengan Alam - Yopie Pangkey

    Desa Penyandingan menemukan harmoni manusia dan alam melalui kandang kambing terkoneksi yang meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian hutan dan mendukung ketahanan pangan lokal.

    Pesawaran (Progres.co.id): Desa Penyandingan di Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran, menyuguhkan pemandangan khas sore hari yang memanjakan mata. Deretan rumah sederhana menghadap langsung ke perbatasan Hutan Register 20 Pematang Kuboato, menciptakan suasana tenang nan asri.

    Di jalan-jalan desa, lalu lalang petani terlihat membawa hijauan hasil ramban dari dalam hutan untuk pakan ternak kambing mereka. Aktivitas ini menjadi gambaran harmonis antara masyarakat dan alam.

    Namun, ada hal menarik di desa ini yang menjadi perhatian: kandang kambing “terkoneksi” yang dibangun oleh Gapoktanhut Alam Pala. Kandang ini bukan kandang biasa. Dirancang sedemikian rupa, kandang ini mampu memisahkan air seni dan kotoran kambing secara otomatis.

    Air seni menjadi Pupuk Organik Cair (POC), sedangkan kotorannya menjadi Pupuk Organik Padat (POP).

    Teknologi sederhana namun inovatif ini dipelajari langsung oleh Saeful Hamzah, Ketua Gapoktanhut Alam Pala Lestari, melalui video tutorial di media sosial YouTube.

    Meningkatkan Manfaat Limbah Kambing

    Foto Gambar Kandang Kambing Terkoneksi - Saeful Hamzah
    Pemisahan air seni kambing menjadi Pupuk Organis Cair (POC) dan kotorannya menjadi Pupuk Organik Padat (POP). di bagian belakang kandang. (Foto: dok Saeful Hamzah)

    Menurut Saeful Hamzah, metode ini sangat memudahkan pengelolaan limbah ternak dan memberikan manfaat lebih bagi lingkungan dan petani.

    “Dengan memisahkan air seni dan kotoran kambing, kami bisa memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk organik yang berkualitas. Ini membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah,” ujar Saeful kepada Proges.co.d saat ditemui di lokasi kandang, Selasa (7/1/2025) sore.

    Program ini merupakan bagian dari inisiatif RBP REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) GCF Output 2 yang dijalankan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pesawaran.

    Lokasinya berada di kawasan hutan Register 20 Pematang Kuboato. Inisiatif ini bertujuan mengurangi emisi karbon sekaligus mendukung kelestarian lingkungan.

    Ternak Kambing dan Kelestarian Hutan

    Menurut Saeful, hubungan antara ternak kambing dan kelestarian hutan adalah saling melengkapi.

    “Dengan adanya ternak kambing, kami semakin sadar akan pentingnya menjaga hutan. Jika hutan rusak, maka sumber pakan ternak kami juga hilang. Jadi, menjaga kelestarian hutan juga berarti menjaga ketahanan pangan kami,” jelas Saeful.

    “Setiap hari pasti petani menanam sumber pakan, seperti gamal, gemelina, kaliandra, rumput odot, indigofera,” tuturnya.

    Ia menambahkan, ternak kambing memberikan solusi ekonomi bagi masyarakat setempat. Selain hasil ternak, limbahnya diolah menjadi pupuk yang digunakan untuk bercocok tanam.

    Saeful juga menceritakan bahwa ternak kambing memiliki nilai lebih bagi petani karena dapat berfungsi sebagai tabungan maupun investasi.

    “Saat ada kebutuhan mendesak, ternak kambing bisa dijual dengan cepat untuk mendapatkan uang. Jadi, selain menjaga hutan, ternak ini juga menjadi sumber penghidupan jangka pendek dan jangka panjang bagi kami,” jelasnya.

    Apresiasi dari Dinas Kehutanan

    Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, mengapresiasi kreativitas anggota Gapoktanhut Alam Pala Lestari dalam mendukung program RBP REDD+ GCF Ouput 2.

    “Anggota Gapoktanhut ini sangat kreatif. Mereka memanfaatkan teknologi sederhana yang berdampak besar untuk peternakan, juga bagi lingkungan, keberlanjutan hutan, dan sumber protein untuk ketahanan pangan,” ungkap Yanyan melalui pesan WhatsApp.

    “Kandang terkoneksi ini adalah bukti nyata bahwa masyarakat desa bisa menjadi pelopor dalam menjaga lingkungan,” ia menambahkan.

    Dengan keberadaan kandang kambing “terkoneksi” ini, manfaat ganda pun dirasakan oleh masyarakat Desa Penyandingan. Di satu sisi, hasil dari peternakan kambing meningkatkan ekonomi warga. Sementara di sisi lain, praktik ini turut mendukung upaya pelestarian hutan di Lampung.

    “Kambing dan hutan sebenarnya saling terhubung. Dengan memelihara kambing, mereka belajar untuk menghargai apa yang diberikan alam. Hutan menyediakan pakan ternak, dan mereka berusaha menjaga keseimbangannya,” terang Yanyan.

    “Ini juga menjadi bukti bahwa KPH telah bekerja di lapangan untuk memberikan pendampingan dan pembinaan kepada petani hutan,” tutupnya.


  • Kadis BMBK Taufiqullah Kemantapan Jalan Provinsi 78 47 persen Distribusi Hasil Pertanian Lampung Lancar - Yopie Pangkey

    Kemantapan jalan provinsi di Lampung tercatat 78,47% pada Januari 2025, turun tipis 0,17% dari Desember 2023. Angka ini jauh lebih baik dibanding potensi penurunan kualitas hingga 4%, sehingga infrastruktur tetap mendukung distribusi hasil pertanian dan ketahanan pangan.

    Bandarlampung (Progres.co.id): Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung, Taufiqullah, mengungkapkan bahwa tingkat kemantapan jalan provinsi di Lampung mengalami penurunan kecil pada awal tahun ini.

    Saat ini, kemantapan jalan berada di angka 78,47%, turun sebesar 0,17% dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 78,64%. Meski demikian, kondisi keseluruhan jalan masih dinilai baik.

    Menurut Taufiqullah, penurunan tipis ini masih jauh lebih baik dibandingkan rata-rata penurunan kualitas jalan dari kategori “mantap” menjadi “kurang mantap”, yang biasanya mencapai 4%.

    “Dari total panjang jalan provinsi 1.700 kilometer, kami tetap berupaya mempertahankan kemantapan jalan agar mendukung aktivitas masyarakat, khususnya dalam sektor ekonomi,” terang Taufiqullah kepada Proges.co.id di kantornya, Selasa (7/1/2025).

    Jalan Provinsi dan Ketahanan Pangan

    Taufiqullah juga menekankan pentingnya peran infrastruktur jalan dalam mendukung ketahanan pangan. Lampung sebagai salah satu lumbung pangan nasional menghasilkan komoditas utama seperti padi, jagung, singkong, dan daging.

    “Aksesibilitas yang baik dari sentra produksi ke pasar sangat menentukan distribusi hasil pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, pembangunan dan perbaikan jalan harus menjadi prioritas bersama,” jelasnya.

    Saat ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung tengah menyusun rencana kolaborasi untuk pembangunan dan perbaikan jalan di Lampung. Rencana ini melibatkan pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota, dengan pembagian tugas yang jelas.

    “Misalnya, jika fokusnya pada akses hasil pertanian dan perkebunan, pemerintah pusat akan bertanggung jawab apa. pemerintah provinsi bertanggung jawab apa, dan kabupaten/kota menangani apa,” tambahnya.

    Prioritas Infrastruktur untuk Masa Depan

    Selain mendukung ketahanan pangan, pembangunan infrastruktur jalan juga diarahkan untuk menunjang sektor pariwisata, perdagangan, dan konektivitas antarwilayah.

    Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen untuk menjaga kualitas jalan, terutama pada jalur-jalur yang menjadi penghubung utama ke kawasan padat penduduk dan kawasan penduduk kurang mampu.

    “Dengan pendekatan kolaboratif dan fokus pada kebutuhan prioritas, diharapkan kemantapan jalan provinsi di Lampung dapat terus terjaga, bahkan meningkat kedepannya,” tutup Taufiqullah.


  • Agrowisata Tren Baru Pariwisata Berkelanjutan di Lampung - Yopie Pangkey

    Lampung menghadirkan ragam agrowisata menarik yang mengangkat ekonomi lokal, seperti kebun kopi berpanorama indah, kebun durian autentik, budidaya lebah madu, hingga kebun melon untuk wisata edukasi.

    Bandarlampung (Progres.co.id): Agrowisata kian menjadi tren di era pariwisata berkelanjutan. Di Indonesia, potensi ini mulai digarap serius untuk mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal, melestarikan lingkungan, sekaligus mendukung program ketahanan pangan nasional.

    Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Bobby Irawan, menyebut agrowisata sebagai peluang baru yang dapat menjadi andalan pariwisata daerah.

    “Lampung memiliki kekayaan alam dan hasil pertanian yang luar biasa. Dengan pendekatan agrowisata, kita tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat,” ujar Bobby, Senin (6/1/2025) sore.

    Bobby menambahkan bahwa lokasi-lokasi seperti Agropark PKK Sabah Balau, kebun kopi di Lampung Barat dan Tanggamus, kebun durian di sekitaran Bandarlampung dan Pesawaran, memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut.

    “Dengan promosi yang tepat, fasilitas pendukung yang memadai, dan kolaborasi dengan pelaku usaha wisata lokal, agrowisata dapat menjadi salah satu andalan pariwisata Lampung,” tambahnya.

    Agrowisata ini menggabungkan aktivitas wisata dengan sektor pertanian, memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Selain itu, agrowisata juga membuka peluang bagi petani untuk memperluas pasar melalui produk-produk segar dan olahan khas daerah.

    “Misalnya, wisata di Desa Wisata Rigis Jaya Lampung Barat yang tidak hanya menarik kunjungan wisatawan untuk menikmati panorama kebun kopi, tetapi juga memberikan edukasi tentang proses pengolahan kopi. Ini sangat menarik bagi generasi muda dan wisatawan nasional maupun internasional,” jelas Bobby.

    Dinas Pariwisata Provinsi Lampung selama ini telah melakukan sejumlah program untuk mendorong pengembangan agrowisata. Termasuk pelatihan bagi pelaku usaha hingga promosi melalui platform digital.

    Pelatihan yang rutin diadakan seperti; pelatihan pengelolaan desa wisata, pelatihan pemandu lokal, uji kpmpetensi pemandu lokal, pelatihan pemasaran digital, dan lainnya.

    “Kami terus mendorong sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha agar sektor ini berkembang lebih maksimal. Harapannya, agrowisata dapat menjadi ikon baru pariwisata di tingkat lokal maupun nasional,” kata Bobby.

    Agrowisata Lampung diharapkan tidak hanya menjadi alternatif wisata, tetapi juga solusi untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan segala potensinya, Lampung siap menjadi primadona baru dalam sektor agrowisata nasional.

    Menurut Bobby, kunci keberhasilan pengembangan sektor ini adalah keterlibatan masyarakat lokal, keterlibatan pelaku pariwisata, dukungan pemerintah, dan promosi yang berkelanjutan.

    “Semua pihak harus bergerak bersama. Kami optimistis agrowisata bisa memberikan dampak positif, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan,” tutup Bobby.


  • SMKN 6 Bandarlampung Berinovasi dengan Produk Diversifikasi Perikanan Mendukung Ekonomi Biru

    Ekonomi biru menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengedepankan pemanfaatan sumber daya laut secara bijak untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak ekosistem. Inisiatif yang dilakukan SMKN 6 Bandarlampung sejalan dengan prinsip ini, di mana hasil laut diolah menjadi produk bernilai tambah tanpa meninggalkan limbah yang mencemari lingkungan.

    Bandarlampung (Progres.co.id): Lampung dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi kelautan luar biasa. Dengan laut yang luas dan kekayaan sumber daya perikanan yang melimpah, wilayah ini menjadi salah satu lumbung hasil laut nasional.

    Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa melimpahnya hasil laut belum sepenuhnya diimbangi dengan pengolahan yang optimal, sehingga sering kali ikan dan hasil laut lainnya dihargai rendah oleh konsumen. Hal ini tentu merugikan nelayan yang telah berjuang keras di tengah lautan.

    Melihat tantangan ini, SMKN 6 Bandarlampung mengambil langkah inovatif dengan mengolah hasil perikanan menjadi produk diversifikasi bernilai tambah. Program ini tidak hanya menjadi solusi atas rendahnya nilai jual hasil laut, tetapi juga berperan penting dalam mendukung konsep ekonomi biru yang berkelanjutan.

    Diversifikasi Produk Perikanan Sebagai Solusi

    Melansir laman vokasi.kemdikbud.go.id pada akhir Desember 2024, Guru Konsentrasi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHPi) SMKN 6 Bandarlampung, Rosza Mardiana, mengungkapkan bahwa upaya diversifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai jual hasil laut sekaligus memberikan keterampilan praktis kepada para siswa.

    Melalui kegiatan Teaching Factory (Tefa), SMKN 6 berhasil menciptakan berbagai produk inovatif berbahan dasar ikan lokal.

    Rosza Mardiana mengungkapkan, SMKN 6 B Bandarlampung ingin menyiapkan generasi muda yang tidak hanya terampil, tetapi juga kreatif dalam memanfaatkan potensi lokal.

    “Diversifikasi produk perikanan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana pendidikan dapat berkontribusi langsung terhadap penguatan ekonomi daerah,” jelas Rosza.

    Beberapa produk unggulan yang dihasilkan siswa SMKN 6 Bandarlampung meliputi:

    • Abon ikan: Produk olahan ikan berbentuk serat halus dengan cita rasa khas yang cocok sebagai pelengkap hidangan.
    • Empek-empek: Kudapan tradisional khas Palembang yang diolah dengan bahan dasar ikan lokal.
    • Kerupuk ikan: Cemilan renyah berbahan ikan yang memiliki daya simpan lama dan cocok untuk pemasaran luas.

    Pendidikan Berbasis Praktik dan Wirausaha

    Kegiatan teaching factory di SMKN 6 tidak hanya berfokus pada pengolahan hasil laut, tetapi juga pada pembekalan keterampilan kewirausahaan. Para siswa diajarkan strategi pemasaran, pengelolaan keuangan, dan inovasi produk untuk membangun usaha mandiri.

    Langkah ini bertujuan mencetak lulusan yang tidak hanya berkompeten secara teknis, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha.

    “Selain menyiapkan lulusan yang berkompeten, kami juga ingin memastikan bahwa kehadiran SMK turut memberikan kontribusi dalam pemberdayaan ekonomi lokal,” ujar Rosza.

    Kemitraan untuk Pemasaran Lebih Luas

    Untuk memperluas jangkauan pemasaran produk, SMKN 6 Bandarlampung menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Kolaborasi ini membuka peluang pemasaran yang lebih luas dan memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar.

    Dalam konsep ekonomi biru yang mengedepankan keberlanjutan, langkah ini sejalan dengan visi menciptakan industri perikanan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga ramah lingkungan.

    Melalui inovasi ini, SMKN 6 Bandarlampung turut berkontribusi pada pengembangan pendidikan vokasi, juga menginspirasi masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal secara optimal.

    Dampak Positif bagi Masyarakat dan Daerah

    Rosza menuturkan, program diversifikasi hasil perikanan ini bukanhanya memberikan manfaat bagi siswa SMKN 6, tetapi juga masyarakat sekitar. Produk olahan ikan yang dihasilkan mampu memberikan nilai tambah pada hasil tangkapan nelayan, sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka.

    “Dengan adanya program ini, kami berharap siswa kami tidak hanya mampu bersaing di dunia kerja, tetapi juga bisa menciptakan peluang usaha sendiri. Ini sejalan dengan misi kami untuk mencetak generasi muda yang mandiri dan berdaya saing tinggi,” tambah Rosza.


  • Kisah KPH Way Terusan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Ajak Masyarakat Kelola Hutan dengan Perhutanan Sosial.webp

    Warga Register 47 Way Terusan dan Register 08 Rumbia mulai memahami pentingnya bergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Mereka melihat manfaat nyata dari legalitas lahan, dukungan program Perhutanan Sosial, dan pengelolaan hutan berkelanjutan yang tidak hanya berdampak pada kelestarian lingkungan, tetapi juga kesejahteraan ekonomi masyarakat.

    Lampung Tengah (Progres.co.id): Keberhasilan ini tidak terjadi begitu saja. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Way Terusan telah menunjukkan komitmen besar dalam memberikan edukasi dan pendampingan warga untuk memanfaatkan program Perhutanan Sosial (PS).

    Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Way Terusan, Lingga Sakti Damayanti, menyatakan bahwa awalnya banyak warga yang enggan bergabung karena kurangnya pemahaman akan manfaat jangka panjang dari pengelolaan hutan yang legal dan sistematis.

    “Terdapat stigma bahwa bukan masyarakat yang butuh berkelompok, namun KPH yang membutuhkan kelompok tani hutan. Karena pada dasarnya masyarakat akan tetap bertumbuh tanpa adanya kegiatan kelompok.” ujar Lingga Sakti Damayanti, Senin (6/1/2025).

    “Namun, dengan pendekatan persuasif dan edukasi intensif, mereka mulai memahami bahwa KTH justru membuka peluang baru untuk pengelolaan lahan yang lebih aman dan produktif,” tambahnya.

    Peran Strategis KTH dalam Pengelolaan Hutan

    Pembentukan KTH di wilayah KPH Way Terusan menjadi langkah penting dalam memastikan keberhasilan program PS. Sejak 2019, sebanyak 31 KTH telah mendapatkan legalitas melalui skema Kemitraan Kehutanan. Selain itu, 64 KTH baru kini tengah dalam proses pengajuan persetujuan PS.

    Langkah ini tidak hanya memberikan akses legal kepada masyarakat, tetapi juga memastikan bahwa setiap kegiatan di kawasan hutan dilakukan dengan prinsip keberlanjutan.

    Lingga menekankan bahwa dengan bergabungnya warga dalam KTH, mereka memperoleh pembinaan tentang teknik agroforestri, agrosilvopasture, dan agrosilvifisheri.

    “Kami mengajarkan masyarakat cara memanfaatkan hutan tanpa merusaknya. Mereka belajar mengelola lahan dengan tanaman Multipurpose Tree Species seperti kelengkeng, mangga, dan jengkol, yang tidak hanya menghasilkan produk ekonomi tetapi juga melestarikan ekosistem hutan,” jelas Lingga.

    Tantangan di Lapangan

    Menilik sejarahnya, sudah sejak puluhan tlal masyarakat membuka lahan dan bermukim di Register 47 Way Terusan yang merupakan kawasan hutan. Sehingga saat ini, kondisi tutupan lahan sudah berupa lahan pertanian, perkebunan, persawahan, selain rawa dan pemukiman. Hal ini menjadikan lokasi tersebut tidak lagi berbentuk sebagai hutan pada umumnya.

    Upaya mengajak masyarakat bergabung dalam KTH tentu bukan tanpa hambatan. Banyak warga yang terbiasa dengan pola pengelolaan tradisional merasa skeptis terhadap program ini. Mereka merasa cukup dengan sistem lama yang telah berjalan selama bertahun-tahun.

    Namun, tim KPH Way Terusan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung bekerja tanpa lelah. Dengan menghadirkan pendekatan persuasif, mereka membangun dialog dengan masyarakat dan memberikan bukti nyata manfaat bergabung dengan KTH dan manfaat program Perhutanan Sosial.

    Tim KPH bahkan kerap melakukan kunjungan langsung ke desa-desa terpencil untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan warga.

    “Kami menunjukkan bahwa negara hadir untuk mereka. Tidak hanya melalui program, tetapi juga dalam mendengarkan keluhan dan memberikan solusi nyata,” ungkap Lingga.

    “Kami ingin memastikan aset negara dipergunakan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat yang benar-benar berhak serta secara perlahan berupaya memulihkan fungsi hutan.” tuturnya.

    Kolaborasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

    Dengan bergabungnya masyarakat ke dalam KTH, pengelolaan kawasan Register 47 Way Terusan dan Register 08 Rumbia kini lebih sistematis. Warga mulai memahami pentingnya legalitas lahan untuk memberikan rasa aman dalam mengelola sumber daya alam.

    Pendekatan berbasis agroforestri menjadi andalan KPH Way Terusan. Metode ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga menjaga fungsi ekologis kawasan hutan.

    Hasilnya, masyarakat kini dapat menikmati keuntungan ekonomi dari hasil panen Multipurpose Tree Species MPTS tanpa merusak lingkungan.

    Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, memberikan apresiasi atas keberhasilan KPH Way Terusan dalam membangun kepercayaan masyarakat.

    “KPH Way Terusan telah menunjukkan bahwa pengelolaan hutan berkelanjutan dapat dicapai jika masyarakat dilibatkan secara aktif. Ada kolaborasi yang kuat antara pemerintah, KPH, dan masyarakat di Register 47 dan Register 08.” kata Yanyan.

    “Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, masyarakat sebagai mitra strategis memahami bahwa hutan adalah aset bersama yang dapat meningkatkan kesejahteraan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan,” tutupnya.