Hampir 68 persen petani di Indonesia tergolong petani gurem, kalau tidak mau menyebut miskin. Mereka rentan terlilit rentenir untuk melangsungkan usaha taninya. Belum lagi bila mengalami gagal panen. Siapa gerangan “kawan” para petani itu yang berkenan mengulurkan tangan pertolongan?
Jakarta (Progres.co.id): KONDISI memprihatinkan itu diamini pengamat pertanian Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian. Menurutnya, tantangan demikian bisa dicarikan jalan ke luar, misalnya dengan kehadiran asuransi. “Bahkan, bukan hanya petani tapi juga para peternak,” katanya, mlalui keterangan resmi, Kamis (23/1/2025).
Kebutuhan terhadap asuransi seperti itu, sambung Eliza, makin terasa penting mengingat Presiden Prabowo Subianto sedang menggenjot produktivitas sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan. “Manfaat utama asuransi setidaknya bagi petani bisa menjadi jaring pengaman finansial yang krusial bagi petani,” jelasnya.
Sebab, Eliza mengimbuhkan, tantangan yang dihadapi petani tidaklah sedikit. Mulai dari gagal panen karena cuaca esktrem sampai serangan hama. Kedua hal tersebut kerap tidak dapat dihindari. Menjadi tidak terlalu membebani jika petani bisa dapat kompensasi melalui asuransi. Sehingga mereka masih bisa memperoleh modal produksi untuk masa tanam selanjutnya.
Berbeda kondisinya, lanjut Eliza, kalau petani bergantung pada rentenir. Karena pasti ada yang diijonkan. Kecenderungan yang terjadi harga panen kerap dibayar di bawah harga pasar. “Akibatnya mudah ditebak. Lagi-lagi petani menjadi pihak yang sangat dirugikan dari hubungan mereka dengan rentenir,” tuturnya.
Mata rantai yang tidak mnguntungkan pihak petani itu, masih menurut Eliza, bisa diputus dengan kehadiran asuransi pertanian. Sayangnya, masih begitu banyak petani yang belum mengetahui ini.
Kalau pun sudah pernah tahu tapi belum sampai pada taraf memahami. Umpamanya pemahaman tentang klaim asuransi yang dianggap sulit, termasuk dalam hal membuktikan kegagalan panen yang juga diduga bakal ribet. Sampai pada minimnya informasi besaran premi asuransi yang akan ditanggung petani.
Untuk menjawab kendala pada petani dan peternak, pemerintah berupaya hadir melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jasindo yang memiliki produk asuransi khusus di bidang pertanian yang disebut AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi) dan AUTSK (Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau).
Seperti disampaikan Sekretaris Perusahaan Jasindo, Brellian Gema, AUTP dan AUTSK merupakan suatu bentuk perlindungan kepada para petani dan peternak agar mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
“Dengan menjadi peserta asuransi, petani dan peternak bisa lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan usaha tani dan peternakan yang lebih baik, lebih aman, dan lebih menguntungkan,” kata Brellian.
Dia menguraikan, AUTP memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman resiko gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, penyakit, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman.
Hingga akhir 2024, tambah Brellian, sebanyak 5,8 juta hektare lahan pertanian telah diberikan perlindungan melalui program AUTP. Selain itu, Jasindo telah memberikan manfaat bagi lebih dari 9 juta petani di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk bisa mendapatkan manfaat AUTP, petani cukup membayar premi Rp180 ribu dan menggarap atau memiliki lahan maksimal 2 hektare, serta dengan kriteria lahan irigasi atau lahan tadah hujan yang dekat dengan sumber air. “Kami memahami risiko yang dihadapi oleh petani setiap musimnya, dan program AUTP adalah cara kami untuk mengurangi kecemasan tersebut,” kata Brellian.
Melalui perlindungan ini, Jasindo berharap dapat membantu petani untuk terus berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional. Brellian juga menjelaskan, komitmen Jasindo untuk mengurangi risiko dalam gagal panen yang diakibatkan dari bencana alam, hama, dan penyakit akan terus diperluas dengan melakukan kerja sama dan kolaborasi bersama Kementerian terkait, pemerintah daerah, dan komunitas pertanian.
“Melalui produk asuransi yang memberikan perlindungan terhadap usaha tani ini, kami sebagai ekosistem BUMN berupaya untuk terus mendukung misi dan program Astacita Pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran agar tercipta kemandirian bangsa,” pungkas Brellian.(*)








