Petugas dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) melakukan pemeriksaan masuknya 32 kontainer beras impor asal Vietnam milik 3 importir yang diduga berisi 800 ton beras impor jenis Fragrance Rice asal Vietnam pada Februari 2014 lalu. Foto: Detik.com

Harga Beras Dunia Turun Drastis, Waspadai Impor ‘Gelap’

0 Comments

Konsistensi pemerintah menyetop impor beras sedang diuji. Lebih dari itu, pemerintah diingatkan untuk mewaspadai masuknya beras impor ilegal menyusul turunnya harga beras dunia dalam besaran yang cukup signifikan.

Bandarlampung (Progres.co.id): Harga beras dunia terus mengalami penurunan dari 640 dolar AS per metrik ton menuju ke 400 dolar AS/metrik ton.

Badan Pangan Nasional menduga turunnya harga beras di pasaran dunia dipicu kebijakan Indonesia menyetop impor 4 komoditi pangan, salah satunya beras.

Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS)Arief Prasetyo Adi menjelaskan beberapa negara produsen beras mulai menurunkan harga beras dari 640 dolar AS/per metrik ton ke 590 dolar AS, dan kembali turun menjadi 490 dolar AS.

“Hari ini sudah dekat-dekat di 400-an,” beber Arief. Ia menyimpulkan penurunan harga beras terpengaruh oleh sikap Indonesia yang menyetop impor 4 komoditi pangan.

Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) di beberapa negara terlihat rerata harga beras Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga 622 dolar AS/metrik ton sampai 655 dolar AS per metrik ton.

Penurunan signifikan terjadi pada 19 Desember 2024 bersamaan dengan pengumuman stop impor beras Indonesia. Per hari itu harga beras mulai menurun di rentang 455 sampai 514 dolar AS per metrik ton.

India yang sebelumnya menyetop ekspor beras, pada Januari ini mulai melepas berasnya ke pasar internasional hingga mendorong harga beras putih mengalami penurunan pada 8 Januari 2025 dalam rentang 430 sampai 490 dolar AS per metrik ton.

Sementara menukil The FAO All Rice Price Index (FARPI) melaporkan Indeks di Desember 2024 menurun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin.

Namun dilihat secara setahun penuh, rerata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan tahun 2023.

Waspadai Impor Beras ‘Gelap’

Penurunan harga beras dunia yang diperkirakan masih terus berlanjut dapat saja memicu turunnya harga beras di dalam negeri.

Adanya situasi ini bisa menggoda para importir nakal memasukkan beras impor secara tidak sah. Jika ini terjadi maka dipastikan akan memukul nilai tukar petani yang saat ini dilaporkan masih tinggi.

Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) pada Februari 2024 lalu tercatat 120,30 dan menjadi paling tinggi dibandingkan NTPP bulan-bulan sebelumnya selama 5 tahun terakhir.

Sementara NTPP di Desember 2024 masih cukup baik di atas titik impas (100) dengan angka 108,90.

Pada Januari-Februari 2025 ini atau hingga panen raya, kesejahteraan petani diperkirakan masih tetap terjaga sebagai dampak kenaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500/kg.

Daerah Diminta Serius Awasi Alih Fungsi Lahan

Menko Pangan Zulhas mengatakan, panen raya mendatang menjadi momentum yang strategis dalam memperkuat stok beras nasional.

Oleh karena itu, selain menekankan Perum Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan gabah, Zulhas juga menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah dalam menyiapkan daerahnya masing-masing dalam rangka mendukung swasembada pangan, khususnya menjaga lahan pertanian agar tidak beralih fungsi.

“Lahan baku sawah kita, kurang lebih luasnya 7,4 hektare, karena ada perubahan alih fungsi, kita minta pemda menjaga betul agar sawah kita tidak berubah fungsi,” kata Menko Zulhas.

“Jangan coba-coba merubah atau mengalih fungsi lahan pertanian. Apalagi irigasinya bagus yang sudah dibangun sedemikian rupa. Tiba-tiba dialihkan. Kita minta betul masyarakat untuk mengawasi. Tidak boleh ada alih fungsi
lahan pertanian, khususnya sawah,” tegasnya.(*)

Further reading