Pemprov Lampung di bawah kepemimpinan Pj Gubernur Samsudin berhasil mengakhiri tahun 2024 dengan capaian dua indikator makro ekonomi dengan sangat baik. Pertama, tingkat inflasi terjaga dalam rentang target 1,5-3,5 persen (yoy). Kedua, Nilai Tukar Petani (NTP) memuncak sebesar 129,01 pada Desember 2024. Ini adalah NTP tertinggi di sepanjang tahun 2024, bahkan angka tertinggi yang diraih provinsi ini sejak konsep NTP diperkenalkan.
Bandarlampung (Progres.co.id): Keberhasilan ini adalah sejarah baru dalam pencapaian target makro ekonomi Provinsi Lampung. Menariknya keberhasilan meredam gejolak inflasi dan meningkatnya NTP Lampung justru terjadi di era rezim penjabat kepala daerah.
Pj Gubernur Lampung Samsudin dilantik Mendagri Tito Karnavian pada Rabu, 19 Juni 2024. Ia diwarisi tingkat inflasi sebesar 3,09 persen oleh Gubernur Arinal. Bahkan sebelumnya, inflasi Lampung pada Maret sempat meninggi sebesar 3,45 persen. Itu adalah persentase inflasi tertinggi pada tahun 2024.

Sebulan Samsudin menjabat, tingkat inflasi Lampung turun drastis pada Juni 2024 menjadi 2,84 persen. Penurunan terus berlanjut hingga November 2024 sebesar 1,5 persen. Dan ditutup dengan tingkat inflasi pada Desember 2024 sebesar 1,57 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,43. Tingkat inflasi nasional pada bulan yang sama tercatat sebesar 1,57 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,80.
Lalu, bagaimana dengan perkembangan Nilai Tukar Petani Lampung di era kepemimpinan Staf Ahli Bidang Hukum Kementerian Pemuda dan Olahraga ini?
Faktanya mencengangkan, yakni Nilai Tukar Petani Lampung melonjak pada angka tertinggi sebesar 129,01 pada Desember 2024. Sebelumnya, pada November sebesar 126,64.

Samsudin diwarisi NTP pada Mei 2024 sebesar 121,79. Sebulan setelah menjabat, NTP Lampung langsung berkibar menjadi 126,56.
Bulan berikutnya NTP Lampung terus menapak mencapai 128,47 pada Oktober dan mencatatkan rekor tertinggi sebesar 129,01 pada Desember 2024.
Menariknya, pencapaian NTP tertinggi itu justru terjadi pada saat harga singkong jatuh hingga membuat petani mengeluh rugi.
Peningkatan NTP pada Desember 2024 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani dan naiknya indeks harga yang dibayar petani. Kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,70 persen dan indeks biaya produksi serta penambahan barang modal naik 0,17 persen.
Posisi singkong atau ubi kayu masuk dalam subsektor tanaman pangan. Singkong merupakan komoditas strategis dalam menopang ketahanan pangan karena dapat menjadi pengganti bahan pangan utama masyarakat Indonesia yaitu beras dan jagung. Karena harga singkong jatuh, telah mengakibatkan NTP Tanaman Pangan Lampung pada Desember 2024 turun 0,62 persen dari 104,37 pada November 2024.
Penurunan disebabkan Indeks Harga yang Diterima oleh petani (It) pada subsektor tanaman pangan turun 0,04 persen. Sebaliknya Indeks Harga yang Dibayar oleh petani (Ib) naik 0,58 persen.
Data itu cukup menjelaskan bahwa petani singkong di Lampung memang mengalami kerugian.
Namun data lain, seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadinya peningkatan pada beberapa subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar 3,14 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,88 persen, subsektor peternakan sebesar 0,16 persen, subsektor perikanan tangkap sebesar 1,11 persen, dan subsektor perikanan budidaya sebesar 0,11 persen.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi?
Terkait indikator ekonomi yang satu ini, baru bisa diketahui pada Februari 2025 nanti. Namun Pj Gubernur Lampung Samsudin berharap pertumbuhan ekonomi Lampung pada Triwulan IV 2024 bisa mencapai 5 persen.
Harapan itu realistis bila dikomparasikan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I dan II atau sebelum Samsudin menjadi Pj Gubernur Lampung.

Pertumbuhan ekonomi Lampung pada Triwulan I 2024 tercatat sebesar 3,30 persen (yoy). Lalu menguat pada Triwulan II sebesar 4,80 persen.
Masuk ke Triwulan III, dimana Samsudin mulai menjabat, tingkat pertumbuhan ekonomi Lampung tetap tumbuh terjaga sebesar 4,81 persen.
Berdasarkan data itu, pertumbuhan ekonomi Lampung pada Triwulan IV 2024 hanya membutuhkan dorongan sebesar 0,19 persen hingga genap menjadi 5 persen seperti yang diharapkan Samsudin. (*)







