Peluang bagi Anak Muda, Kementan Siap “Manjakan” Petani Milenial

0 Comments

Peluang bagi Anak Muda, Kementan Siap “Manjakan” Petani Milenial

0 Comments

Kebijakan gaspol di sektor pertanian yang diinstruksikan Presiden Prabowo ternyata memberi perhatian khusus terhadap petani milenial. Bahkan sejumlah program khusus sudah dipersiapkan.

Jakarta (Progres.co.id): WAKIL Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan, saat ini jumlah petani di Indonesia didominasi generasi tua. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 38,02 persen petani adalah generasi baby boomers yang berusia 41-56 tahun. Sementara untuk petani muda hanya 21,93 persen atau sekitar 6,2 juta orang.

“Ini jelas kondisi kurang ideal. Makanya kita mendorong pertumbuhan petani muda melalui program Duta Petani Milenial (DPM) sebanyak 2,5 juta hingga tahun 2024,” kata Sudaryono dalam keterangan tertulis, Senin (28/10/2024).

Program lainnya, sambung dia, yakni Duta Petani Andalan (DPA), Penerapan Digitalisasi Pertanian (PDP), Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), dan Program Petani Magang ke luar negeri.

Sudaryono mengatakan, program-program tersebut juga bertujuan memulihkan perekonomian masyarakat pertanian, menumbuhkan semangat kewirausahaan, serta meningkatkan produksi pangan dan peternakan.

Kalau menelaah Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4 Tahun 2019 yang dimaksud petani milenial adalah mereka yang berusia 19 hingga 39 tahun dan adaptif terhadap teknologi digital.

Dia pun mengajak generasi milenial aktif menciptakan solusi inovatif di sektor pertanian guna memperkuat ketahanan pangan nasional. “Kita hidup di era digital dimana teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Saya mengajak milenial untuk terlibat dalam berbagai program dan inisiatif yang mendukung ketahanan pangan nasional,” tutur Sudaryono.

Dirinya juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan generasi muda. Menurut dia, sektor pertanian tidak hanya membutuhkan tenaga kerja, tetapi juga inovasi dalam pengelolaan sumber daya, pemasaran, dan distribusi produk.

“Kita perlu menciptakan platform digital yang dapat memfasilitasi interaksi antara petani dan konsumen, serta mendukung usaha kecil dan menengah di bidang pertanian,” tutup Sudaryono.(*)

Further reading