Bila bertandang ke daerah sekitar pantai di Krui, Pesisir Barat, hampir dapat dipastikan akan melihat sapi Krui yang berkoloni jalan beriringan. Sapi di sana memang berpostur kecil. Tapi jangan dipandang sebelah mata. Karena sapi Krui punya keistimewaan tersendiri.
Pesisir Barat (Progres.co.id): DITAKDIRKAN sebagai sapi lokal, sapi Krui atau jawi peghia, memiliki kekhasan yang tidak dijumpai pada sapi jenis lain. Keistimewaan yang dimaksud bisa dilihat dari ketangguhan daya tahannya. Biarpun berukuran mungil, soal imunitas tak ubahnya benteng tebal yang tak mudah ditembus musuh. Sapi Krui memang dikenal tidak mudah terserang penyakit.
Keistimewaan lain, meski dipelihara dengan kondisi seadanya bahkan acapkali dilepasliarkan, sapi krui tetap mampu berkembang biak layaknya hewan peliharaan lainnya.
Tak hanya itu, daging sapi Krui juga diakui memiliki kualitas yang baik. Padahal sehari-hari lebih banyak memamah rumput-rumput yang tumbuh liar di banyak tempat. Dengan kata lain, sapi Krui mampu bertahan hidup pada suhu lingkungan yang tinggi, kendati hanya mengonsumsi pakan berkualitas rendah. Bahkan bobot karkasnya masih terbilang bagus, yakni 48,09 persen.
Untuk diketahui bobot karkas adalah berat ternak yang telah disembelih, dikuliti dan dipisahkan bagian-bagian tertentu, seperti kepala, jeroan serta keempat kakinya.
Bobot karkas itu diyakini Dian Kurniawati, dosen di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, bakal bisa ditingkatkan bila dipelihara dengan baik. Dia juga mengatakan, dengan berbagai keistimewaan yang dimiliki, tak heran kalau sapi Krui merupakan plasma nutfah unggulan Lampung.
Seperti dikutip dari Trubus.id, menurut Dian, penelitian pemetaan gen growth hormon (GH) terhadap bobot tubuh sapi Krui, menunjukkan bahwa sapi itu memiliki gen polimorfik dengan ditemukan tiga macam genotipe. Ketiga genotipe itu yakni CC, CT, dan TT.
Genotipe CT memiliki rata-rata bobot tubuh atau produksi daging paling besar dibanding sapi dengan genotipe lainnya. Sapi Krui dengan genotipe CT dapat dikembangkan lebih lanjut karena memiliki nilai ekonomis tinggi dengan rata-rata bobot tubuh dan produksi daging yang tinggi. (*)







