Susur Sungai Nunik Nikmati Hutan Mangrove Lampung Timur  

0 Comments

Hanya butuh kesadaran untuk merubah keadaan. Keyakinan ini kiranya berhasil digenggam warga pada beberapa desa di Lampung Timur. Berbekal tekad itu “berlian” yang bersemayam di kawasan hutan mangrove berhasil tergali. Kini kilaunya terpancar menjadi obyek ekowisata yang mulai menggeliat digandrungi wisatawan.

Lampung Timur (Progres.co.id): PANCARAN eksotisme keindahan alam itu kiranya mampu menjadi daya tarik Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, untuk menyambanginya. Tak sekadar bertandang buat mengagumi, Nunik -sapaan akrabnya- juga mengapresiasi inisiatif masyarakat tersebut. Menurutnya, warga tak hanya berhasil memanfaatkan kawasan hutan mangrove sebagai destinasi ekowisata. Melainkan juga telah berperan aktif melaksanakan konservasi lingkungan.

“Saya tahu upaya ini tidak mudah. Tapi warga sudah membuktikan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan tekad kuat mampu merubah sesuatu, yang awalnya diabaikan kini justru menjadi ekoturisme yang mengagumkan,” ungkap Nunik, Sabtu (11/1/2025).

Mantan Wakil Gubernur Lampung ini juga bilang, dirinya mengetahui cerita di balik keberhasilan itu. Awalnya, imbuh dia, warga cenderung pesimis untuk memulai. Terlebih kegiatan tersebut tidak ada anggaran alias tanpa upah untuk kerja-kerja yang harus dilakukan. Berbeda, misalnya, jika waktu dan tenaga yang akan mereka keluarkan dipakai untuk mencari udang atau kepiting di sekitar yang bisa segera memberi hasil.

Namun, masih menurut cerita Nunik, di tengah kegamangan itu muncul kesadaran warga akan manfaat jangka panjang yang bisa diperoleh dari mengelola sekalius menjaga konservasi hutan mangrove.

Hasilnya, kelompok tani hutan yang dibentuk warga berhasil membuka sejumlah kawasan hutan mangrove sebagai areal ekowisata. “Spirit sadar wisata itu yang terus menguatkan semangat warga di kelompok tani hutan untuk mandiri merawat hutan mangrove yang cukup luas ini,” ucapnya yang sempat menyicipi berperahu menyusuri sungai di antara hutan mangrove.

Cita rasa akan sadar wisata itu terus berkembang. Warga kemudian turut menyiapkan homestay bagi pengunjung yang berniat melewati malam sambil icip-icip hasil laut dari hutan mangrove. Harga yang mesti dibayar terbilang terjangkau mulai Rp150 ribu per orang.

Selain itu kelompok pengelola juga menyediakan sarana bagi pengunjung yang ingin menanam mangrove. “Saya lihat ada UMKM yang ikut tumbuh. Seperti usaha membuat sirup buah mangrove,” terang Nunik.

Untuk diketahui mangrove di kawasan pesisir pantai Lampung Timur mencakup Kecamatan Pasir Sakti seluas 500 hektare, Kecamatan Labuhan Maringgai 400 hektare dan Kecamatan Labuhan Ratu seluas 1.000 hektare.

Nunik juga menambahkan, sesungguhnya Lampung Timur masih banyak menyimpan potensi alam lainnya. Satu di antaranya keberadaan hamparan sabana luas yang di tengahnya dibelah sungai berair jernih.

“Potensi itu bisa dikelola sebagai obyek wisata susur sungai. Hanya yang perlu dicatat bersama, ekonomi boleh berjalan tapi pelestarian lingkungan juga mesti dijaga,” pesannya ke warga. (*)

Further reading