Tag: swasembada pangan


  • Wilmar Padi Indonesia pertegas dukungannya terhadap target swasembada pangan melaluu Farmer Engagement Program (FEP), yakni sebuah program pendampingan petani yang diharapkan menjadi contoh peran aktif sektor swasta dalam mendukung kebijakan pemerintah.

    Jakarta (Progres.co.id): Presiden Direktur PT WPI Saronto mengatakan, tahun ini pihaknya menargetkan kemitraan melalui FEP seluas 30 ribu hektare (ha) di Jawa dan Sumatera. Peningkatan target tersebut seiring bertambahnya daerah yang menjalin kerjasama dengan perusahaan.

    Program tersebut mendapatkan respon positif dari petani, sehingga tahun lalu pihaknya mampu merealisasikan kemitraan lahan seluas 20 ribu ha, yang dikelola oleh lebih dari 20 ribu petani. Kemitraan itu tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Luas lahan kemitraan terbesar ada di Jawa Timur seluas 14 ribu ha.

    “Petani telah merasakan manfaat kemitraan, sehingga program kami dapat diterima dengan baik,” ujar Saronto di sela Buka Puasa Bersama Media di Jakarta,Jumat (7/3/2025).

    Saronto menuturkan, WPI terus memperkuat dukungannya terhadap program pangan nasional. Salah satu wujud nyata komitmen ini adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pertanian, terkait pembelian gabah di tingkat petani seharga Rp 6.500 per kilogram (kg).

    Selain itu, pihaknya berperan dalam membantu Bulog memasok beras public service obligation (PSO), sebagai cadangan pangan pemerintah yang akan disalurkan sepanjang Februari hingga April 2025.

    WPI, lanjut dia, juga menyediakan fasilitas tolling atau maklon untuk membantu Bulog menggiling gabah di lima pabriknya, dengan kapasitas 1.000 ton per unit per hari selama musim panen raya (Maret-April 2025).

    “Kami turut membantu Bulog dalam mengidentifikasi daerah panen dan kelompok tani yang siap menjual gabahnya,” jelas Saronto.

    Sejak tahun lalu, WPI telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan dalam program budidaya padi di Nusa Kambangan (Jawa Tengah). Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memberdayakan warga binaan dengan keterampilan bertani.

    Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan pemerintah kabupaten Blora berupa penanaman padi seluas 500 ha, dan program tanam bersama TNI-Polri di 30 lokasi di Jawa dan Sumatera.

    Sebagai bagian dari optimasi lahan pertanian, perusahaan juga membantu menghidupkan kembali lahan tidur di Sidoarjo (Jawa Timur) dan Palembang (Sumatera Selatan). “Pemanfaatan lahan tidur bisa menjadi alternatif untuk menambah produksi pangan,” ujar Saronto.

    Saronto menambahkan, perusahaan juga membantu menghubungkan petani dengan komunitas peralatan pertanian. Itu dilakukan agar lebih mandiri karena dapat memperpendek rantai dalam memperoleh peralatan pertanian.

    “Akses kepada peralatan pertanian perlu dibuka agar petani memiliki jalur sendiri, sehingga lebih mandiri,” katanya.

    WPI juga bekerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen dalam memperbaiki saluran irigasi, berupa pembuatan tong gantung atau talang air. Fasilitas tersebut telah membantu sekitar 287 ha lahan milik petani. Bantolo.(*)



  • Tekad Presiden Prabowo Subianto untuk segera mewujudkan swasembada pangan direspon berbagai kalangan. Termasuk oleh PT Pegadaian.

    Jakarta (Progres.co.id): Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PT Pegadaian menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Mereka menyelenggarakan Bimbingan Teknis dan Uji Kompetensi Fasilitator Pertanian The Gade Integrated Farming yang berkolaborasi dengan Universitas Jenderal Soedirman, LSPPO, dan Intani yang berlangsung pada 13-16 Februari 2025 di The Rich Jogja Hotel, Yogyakarta.

    Kepala Divisi ESG PT Pegadaian Rully Yusuf, seperti dikutip melalui keterangan tertulis menyebutkan, program yang diusung pihaknya bertujuan memberikan pendampingan dan pemberdayaan bagi kelompok tani di daerah dengan berbagai komoditas unggulan yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

    “Melalui pelatihan dan sertifikasi ini, para petani diharapkan dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, serta daya saing dalam bidang pertanian,” terangnya, Kamis (27/2/2025).

    Selain sesi bimbingan teknis dan uji kompetensi, para peserta juga mengikuti kunjungan ke berbagai lokasi pertanian inovatif, seperti Tani Organik Merapi dan PT Indoraya Mitra Persada 168, guna memperdalam pemahaman mereka terkait pertanian organik dan bioteknologi pertanian.

    Sedangkan peserta pelatihan mencakup fasilitator dan pendamping kegiatan pertanian, petani binaan TJSL PT Pegadaian, serta tamu undangan dari berbagai kalangan yang memiliki perhatian terhadap pengembangan sektor pertanian. (*)



  • Kementerian Pertanian (Kementan) serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melibatkan perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Pertanian untuk mendukung riset tentang pangan. Universitas Lampung turut di dalamnya.

    Jakarta (Progres.co.id): Ada banyak jalan menuju Roma. Ungkapan ini turut diterapkan pemerintah yang sedang berupaya mewujudkan swasembada pangan. Setidaknya ini tercermin lewat langkah Kementan bareng Kemdiktisaintek yang mengajak kolaborasi setidaknya 30 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Bagaimana caranya?

    Mendiktisaintek Brian Yuliarto menjelaskan, kampus merupakan ujung tombak pengembangan kemandirian pangan. Sehingga setiap kampus harus memilih dua strategi utama yakni peningkatan produktivitas dan hilirisasi. “Pengembangan ini merupakan tantangan besar sekaligus momentum bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang lebih bermakna,” ungkapnya, Selasa (25/2/2025).

    Brian juga menjelaskan perlu dilakukan penguatan industri pangan. Di masa depan, industri pangan harus bisa dikuasai bangsa sendiri agar Indonesia semakin maju.

    Pandangan serupa juga disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, yang datang ke acara penandatanganan Kesepahaman Bersama antara Kemdiktisaintek dan Kementan tentang Kesinergisan Program Bidang Pertanian dan Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Rangka Mendukung Swasembada Pangan Nasional Berkelanjutan.

    Dikatakannya, Indonesia bisa memiliki keunggulan di sektor pertanian. Langkah utama untuk mencapai kemandirian pangan adalah pelibatan perguruan tinggi dan mahasiswa. “Kita bisa menjadi negara super power di sektor pertanian, itulah keunggulan komparatif kita,” ujarnya.

    Lebih lanjut Amran menguraikan program kerja sama dengan kampus-kampus yang dimaksudnya. Menurutnya, 30 perguruan tinggi yang terlibat akan aktif melakukan penelitian. Adapun riset difokuskan pada 10 komoditas pertanian dengan produktivitas rendah seperti padi, jagung, bawang putih, tebu, sapi, kedelai, pupuk, ubi kayu, gandum, dan kentang.

    Kemudian, sambung Amran, kampus akan ditunjuk memiliki fokus riset masing-masing. Contohnya IPB University fokus melakukan penelitian komoditas padi, Unhas meneliti jagung, dan UGM meneliti kedelai.

    Terkait anggaran penelitian, dia menjelaskan hal itu nantinya berasal dari Kementerian Pertanian, Kemdiktisaintek, dan perguruan tinggi masing-masing.

    Universitas Lampung (Unila) turut menghadiri sosialisasi ini. Unila dipimpin langsung oleh Rektor Lusmeilia Afriani. Selain BEM, rombongan juga berisikan perwakilan pengurus IKA Unila, termasuk di dalamnya Ketua Harian Ikaperta (Ikatan Keluarga Pertanian) Fahuri Wherlian Ali.

    Menurut penjelasannya, sama seperti perguruan tinggi lain di Indonesia yang dilibatkan dalam program ini. Unila juga akan melakukan riset terhadap komoditi tertentu.

    “Mungkin akan ada pembahasan lebih lanjut antara rektor dan pihak Fakultas Pertanian untuk penentuan jenis komoditasnya. Pada prinsipnya Ikaperta menyambut baik kerja sama ini. Bahkan saya akan berkoordinasi dengan Ketua Umum Ikaperta guna menentukan kontribusi apa yang bisa dilakukan Ikaperta dalam mendukung upaya riset yang akan dilakukan. Terlebih upaya ini merupakan langkah penunjang untuk mewujudkan swasembada pangan. Jadi pasti Ikaperta akan tirut mengambil peran di dalamnya,” terang Werli, sapaan akrabnya. (*)



  • Keikutsertaan Polda Lampung memperkuat ketahanan pangan dan mewujudkan swasembada pangan, bukan sekadar basa-basi atau sebatas menggugurkan kewajiban semata.

    Natar (Progres.co.id): TEKAD tersebut setidaknya tercermin dari pernyataan Kapolda Lampung, Irjen Pol Helmy Santika, usai mengikuti gerakan penanaman jagung serentak 1 juta hektare secara nasional, dimana untuk Lampung kegiatan dipusatkan di kawasan PTPN 7 Natar, Kelurahan Rejosari.

    Pada program yang melibatkan banyak pihak tersebut, Polda Lampung menanam bibit jagung sebanyak 34 kilogram di lahan seluas 128,8 hektare. Sedangkan secara keseluruhan, jajaran polres di bawah Polda Lampung berhasil menanam bibit sebanyak 492 kilogram pada lahan 2.837,90 hektare.

    “Ini bukan sekadar program seremonial. Tetapi merupakan langkah strategis untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Polda Lampung siap menjadi bagian dari solusi. Khususnya dalam mengawal keberhasilan program ini di tingkat daerah,” kata Kapolda Lampung, Irjen Pol Helmy Santika, Selasa (21/1/2025).

    Kapolda menambahkan, sinergitas dari lintas sektor sangat dibutuhkan untuk merealisasikan program secara keseluruhan. Terlebih memperkuat ketahanan pangan merupakan salah satu bagian Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto.

    “Kita sadari kalau ketahanan pangan yang sedang dituju bukan hanya tugas pemerintah. Melainkan tanggung jawab bersama. Bersama kita optimis dapat mencapai target swasembada pangan,” ungkap Helmy Santika.(*)



  • Setelah TNI dan Polri, kini Kementerian Agama (Kemenag) turut menyingsingkan lengan baju untuk mewujudkan program nasional swasembada pangan.

    (Progres.co.id): CARA yang ditempuh untuk mengekspresikan bentuk dukungan itu tentu disesuaikan dengan napas Kemenag. Salah satunya melalui langkah seperti yang baru dilakukan Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Waryono, dengan meluncurkan program Bantuan Perekonomian Rakyat Bahagia (Baper Bahagia) di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (19/12/2024).

    Program yang diinisiasi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Panti Yatim Indonesia (PYI) Al Fajr itu, bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mendukung swasembada pangan. Peran yang dilakukan Baper Bahagia adalah menyediakan pompa air untuk mengatasi keterbatasan air yang selama ini menjadi kendala petani.

    Seperti disampaikan Waryono, pompa tersebut mampu menjangkau hingga 20 hektare sawah. Diharapkan nantinya bisa mengoptimalkan produktivitas lahan yang sebelumnya terganggu akibat kekurangan air. Desa Kembang Kuning sendiri memiliki total area sawah seluas 50 hektare.

    “Baper Bahagia ini merupakan wujud nyata pemanfaatan dana zakat untuk mendukung program ketahanan pangan melalui pemberdayaan petani. Pada akhirnya kita menghendaki hasil panen dan kesejahteraan petani dapat meningkat,” kata Waryono.

    Ditambahkannya, dengan menjaga kesinambungan lahan pertanian dapat terus produktif sesungguhnya berguna pula mencegah terjadinya peralihan fungsi lahan menjadi pemukiman atau lahan beton.

    Pada kesempatan tersebut Waryono kembali mengingatkan bila pengelolaan zakat, infak, dan sedekah dapat dilakukan secara profesional akan dapat menjadi solusi strategis bagi masyarakat. “Semoga Allah merestui niat mulia ini,” harapnya. (*)



  • Pencapaian swasembada pangan yang digariskan Presiden Prabowo Subianto melibatkan banyak pihak. Tak terkecuali Tentara Nasional Indonesia (TNI).

    Bandarlampung (Progres.co.id): KETERLIBATAN tentara kebanggaan Republik Indonesia ini juga terlihat di Provinsi Lampung. Tekad untuk aktif mengambil bagian dalam program nasional tersebut mengemuka saat Komandan Korem (Danrem) 043/Gatam Brigjen TNI Rikas Hidayatullah, mengikuti Rapat Koordinasi (rakor) Pengawalan dan Pendampingan Swasembada Pangan Provinsi Lampung di Balai Keratun Pemprov, Rabu (18/12/2024).

    Pada kesempatan itu Danrem menyatakan kesiapan Korem 043/Gatam beserta jajaran untuk mengawal swasembada pangan dan program terkait lainnya, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.

    “Mengingat ini merupakan program nasional yang mesti dipastikan pelaksanaannya berjalan sukses, kami siap mengawalnya,” tegas Rikas.

    Lantaran akan terlibat dalam mengawal pelaksanaan program swasembada pangan di Lampung, dirinya berharap dapat dipasok data-data terkait seperti jumlah data padi atau gabah dalam sekali panen. Menurut Rikas ini penting untuk dijadikan rujukan ketika ada perbedaan data.

    “Sinkronisasi data jelas sangat dibutuhkan. Termasuk mensinkronkan visi dan misi. Kalau sudah satu garis komando, semoga semua upaya bisa berjalan sukses dan harapan kita bersama dapat terwujud,” kata Rikas.

    Rakor pengawalan dan pendampingan swasembada pangan Provinsi Lampung ini dipimpin Pj. Sekda Fredy. Tujuannya meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung yang terfokus pada pencapaian swasembada pangan.

    Rakor juga membahas berbagai strategi, program dan kebijakan yang dapat mendukung peningkatan produksi pangan lokal, mengurangi ketergantungan pada impor pangan, serta memastikan distribusi pangan secara merata.(*)



  • Ambisi besar swasembada pangan yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto terus menjadi sorotan. Tak tanggung-tanggung, target nasional yang semula direncanakan tercapai pada 2029, kini dipercepat menjadi 2027. Provinsi Lampung, salah satu lumbung pangan Indonesia, ikut dikejar target.

    Bandar Lampung (Progres.co.id): TAHUN 2025, Lampung mendapat tugas berat, meningkatkan luas tanam hingga 1.034.205 hektare.

    Jumlah itu terdiri dari pertanaman reguler seluas 849.384 hektare dan optimalisasi lahan serta cetak sawah baru seluas 184.821 hektare. Jika dibandingkan dengan target sebelumnya, yang hanya 623.899 hektare, kenaikan ini mencapai 136,14 persen.

    “Untuk mencapainya, diperlukan usaha luar biasa. Dengan lahan baku 337.285 hektare, indeks pertanaman (IP) harus meningkat dari 1,8 menjadi 2,52,” ujar Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Fredy, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengawalan dan Pendampingan Swasembada Pangan di Balai Keratun, Komplek Dinas Kantor Gubernur, Bandar Lampung, Rabu (18/12/2024).

    Fredy menekankan, pencapaian target tersebut bergantung pada ketersediaan air sepanjang tahun. Oleh karena itu, berbagai pembangunan dan perbaikan mulai dari jaringan irigasi, bendungan, pintu air, hingga penggunaan pompa dan sumur tadah harus mulai diperhatikan.

    Selain itu, distribusi pupuk, benih unggul, alat dan mesin pertanian (alsintan) baik pra panen (traktor) maupun pasca panen (combine harvester) serta pengering dan penggilingan padi perlu disediakan. Begitu pula pembinaan dan pengawalan pendampingan di lapangan.

    “Dari rakor ini kita harap muncul gagasan-gagasan baru dan aktif untuk mendukung swasembada pangan,” ujar Fredy. Ia juga menekankan pentingnya koordinasi dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan agar target besar ini dapat terwujud.

    Dalam rakor tersebut Fredy turut memaparkan kondisi produksi padi Lampung yang menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam empat tahun terakhir. Pada 2021 luas panen tercatat 489.573 hektare, meningkat menjadi 518.256 hektare (2022), 530.108 hektare (2023), dan 531.616 hektare (2024).

    Produktivitas capaian juga mengalami peningkatan. Dari yang semula 50,77 Ku/Ha menjadi 51,87 Ku/Ha, kemudian 52,03 Ku/Ha. Namun pada tahun 2024 ini diperkirakan mengalami penurunan menjadi 51,37 Ku/Ha karena dampak kekeringan.

    Produksi gabah pun mengalami fluktuasi. Jika pada 2023 Lampung menghasilkan 2.757.898 ton gabah kering giling (GKG), namun hingga akhir 2024 ini GKG diperkirakan hanya mencapai 2.731.226 ton.

    Fredy juga menyebut luas panen tahun 2024 diperkirakan mencapai 531.617 hektare sedangkan tahun 2023 luasannya 530.108 hektare. Hal ini disebabkan oleh kekeringan di bulan Agustus hingga September 2024 lalu.

    Sementara berdasarkan data ATR/BPN, luas lahan sawah di Lampung mengalami penurunan. Pada 2024 luas lahan sawah tercatat menyusut dari 361.699 hektare menjadi 337.285 hektare.

    “Meski ada penurunan, Pemprov Lampung akan terus berupaya memenuhi target tanam 2025, baik dari tanam reguler maupun tambahan yang ditetapkan pusat,” ujarnya.

    Diakui Fredy, pihaknya tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang menghadang. Perubahan iklim, alih fungsi lahan, hingga gejolak harga pangan menjadi pekerjaan rumah yang tak bisa diabaikan. Ditambah lagi dengan dampak ekonomi global dan ancaman bencana alam yang kian tak terprediksi.

    Namun, ia optimistis bahwa program ini sejalan dengan visi besar Asta Cita yang dicanangkan pemerintah, khususnya dalam mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, dan ekonomi.

    “Kami berharap pemerintah pusat terus memberikan dukungan, baik dari segi perbaikan infrastruktur air hingga penyediaan benih yang sesuai tepat waktu, jumlah, mutu, harga, tempat, dan jenis,” kata Fredy.(*)