Tag: zulhas


  • Qatar merupakan negara gurun pasir, namun Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan tak segan untuk memetik pengalaman dari sana.

    Jakarta (Progres.co.id): “SAYA pernah berkunjung ke Qatar. Memang negeri gurun pasir. Tapi produksi susunya mandiri. Dia bisa mengelola sapi perah di gurun pasir. Bisa. Kita di Indonesia mestinya lebih bisa lagi,” kata Zulhas, seperti dikutip dari detikcom, Rabu (19/3/2025).

    Dengan pertimbangan itu, dia optimis Indonesia yang memiliki sumber daya melimpah akan lebih mampu menggenjot produksi pangan, hingga mencapai target swasembada. Ia juga percaya diri Indonesia mampu lebih baik dari Qatar.

    Ditambah lagi, Indonesia juga masuk ke dalam negara besar dengan jumlah penduduk hampir 300 juta orang, keempat terbesar di dunia. Karena itu, ketersediaan pangan sangatlah penting. “Dengan kondisi seperti ini, kita mesti mampu mengelola pangan secara mandiri, tambah Zulhas.

    Menurutnya, persoalan pangan merupakan hidup dan matinya rakyat. Untuk mencapai peningkatan produksi beras sendiri, pihaknya berupaya membangun sawah-sawah baru di beberapa wilayah. Selanjutnya, juga akan dilakukan optimalisasi pada lahan-lahan sawah yang eksisting.(*)



  • Ada harapan tinggi pemerintahan Prabowo pada Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih untuk eksis dan berkelanjutan menopang perekonomian desa. Namun siapa yang bisa mengelolanya agar harapan itu terwujud?

    Jakarta (Progres.co.id): MENTERI Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menyebutkan pengelola Kopdes Merah Putih melibatkan pemuda-pemuda desa setempat.

    “Pengelolanya harus profesional, tentu juga harus transparan. Selanjutnya penguatan kelembagaannya harus kuat, serta sistem dan tata kelolanya harus baik,” kata Budi Arie, usai acara Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) membahas pembentukan Satgas Koperasi Desa Merah Putih, di kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, dikutip dari keterangan pers tertulis, Senin (17/3/2025).

    Hadir pula dalam rapat tersebut Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Menurut Zulhas, pembentukan kopdes merupakan hasil dari keputusan musyawarah masyarakat dan pemerintah desa. Musyawarah desa nanti yang memutuskan skema pembentukannya.

    “Bila di suatu desa sudah ada koperasi, Gapoktan, BUMDes, dan lainnya maka bisa digabungkan menjadi Kopdes Merah Putih, atau, bisa juga dibikin yang baru. Menyikapi kehadiran Kopdes Merah putih ini para Kades tidak perlu khawatir. Karena ini semua untuk kemajuan desa,” pesan Zulhas.

    Terkait anggaran pembentukan Kopdes Merah Putih, dia menyebutkan akan dikeluarkan aturan berbentuk Instruksi Presiden yang segera dirumuskan. Zulhas menyebutkan Kopdes nantinya akan yang paling depan dalam pengadaan kebutuhan masyarakat. “Pokoknya, Koperasi Desa bisa menyuplai aneka kebutuhan masyarakat,” imbuhnya.

    Kapan Kopdes Dimulai?

    Budi Arie meyakini kelembagaan Kopdes Merah Putih bisa segera direalisasikan. Pihaknya kini tengah menunggu instruksi presiden. “Kita sedang menunggu Inpres yang saat ini dalam tahap harmonisasi,” terangnya.

    Budi menambahkan, dari pemetaan desa yang sudah dilakukan, ada desa yang sudah memiliki koperasi, BUMDes, sampai desa yang sama sekali tidak memiliki lembaga ekonomi (BUMDes dan koperasi) sebanyak 9.400 desa.

    “Karakteristik desa itu unik-unik, tidak bisa sama antar satu desa dengan desa lainnya. Fungsi Satgas Kopdes Merah Putih adalah mengharmonisasi ini semua. Ini kan pekerjaan lintas K/L,” katanya.

    Dalam rapat koordinasi terbatas itu turut hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menkeu menekankan implementasi Kopdes Merah Putih dilakukan secara bertahap atau piloting. Pada tahap awal kopdes diprioritaskan bagi desa yang telah memiliki BUMDes dan koperasi untuk menjadi pilot.

    “Kelompok tani yang sudah ada dapat didorong bertransformasi untuk membentuk dan menjadi anggota Kopdes,” kata Menkeu, seraya menambahkan, program Kopdes Merah Putih didesain antara lain untuk mendukung ketahanan pangan. Hal itu, karena desa memiliki beberapa lembaga ekonomi seperti Kelompok Tani, BUMDes, dan koperasi,

    Dalam konteks piloting, lanjut Sri, BUMDes dan KUD yang telah memiliki usaha menjual sarana produksi pertanian dapat dijadikan pilot Kopdes Merah Putih. Menkeu mengusulkan konsep alur proses bisnis pendanaan Kopdes Merah Putih perlu dimasukkan ke Inpres. (*)



  • Ada ironisme yang berlangsung pada komoditi kelapa. Di satu sisi gembira karena produksi kelapa laku di pasaran. Tapi di sisi lain, ketika peredaran kelapa menipis lantaran diborong Tiongkok, Indonesia disebut-sebut menemui kondisi krisis kelapa. Lho, bagaimana ini?

    Jakarta (Progres.co.id): KABAR krisis kelapa itu seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. “Peredaran kelapa di dalam negeri menipis. Kita sekarang malah kekurangan kelapa karena kelapa kita habis dibeli sama Tiongkok,” kata Zulhas, sapaan akrabnya, dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (26/2/2025).

    China agresif memborong kelapa dari Indonesia, tambah Menko Pangan, lantaran negeri berjuluk Tirai Bambu tersebut tengah menggalakkan pengelolaan coconut milk. “Itu semacam pengganti susu. Jadi kalau bikin kopi, tren di sana sekarang pakai santan, pakai susu kelapa, coconut milk itu,” katanya.

    Sesuai hukum pasar karena ada permintaan yang tinggi, alhasil harga kelapa merangkak naik. Kendati ada persoalan krisis kelapa, tapi Zulhas melihat ada peluang pasar yang besar untuk kelapa Indonesia.

    “Ini tentu bagus dan bisa menjadi peluang untuk anak-anak muda masuk ke sektor pertanian. Ini menjadi contoh konkrit bahwa pertanian punya potensi sangat menguntungkan. Malah nilai tukar komoditi pangan secara keseluruhan saat ini sudah menunjukkan tren nilai tukar yang terus membaik. Seperti pada hortikultura dan tanaman perkebunan yang terbilang paling menguntungkan,” ungkapnya.

    Oleh karenanya Zulhas membuka kesempatan kepada generasi muda untuk tidak ragu menekuni sektor pertanian. “Banyak program pemerintah yang mengarah ke bidang pertanian secara luas. Jadi, segera ambil bagian, berkecimpung di bidang ini. Fenomena kelapa ini bisa dijadikan cerminan,” pungkas Zulhas. (*)